ASUHAN KEPERAWATAN Pada Klien Dengan “ULKUS PEPTIKUM”

ASUHAN KEPERAWATAN Pada Klien Dengan  “ULKUS PEPTIKUM”

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kasus ulkus peptikum bervariasi dengan jenis ulkus, jenis kelamin, usia, kondisi geografis dan lokasi lingkungan. Ras, pekerjaan, kecenderungan genetik, dan faktor sosial diduga 
juga memainkan peranan dalam patogenesis ulkus peptikum.Prevalensi ulkus peptikum di Amerika Serikat telah mengalami pergeseran yang semula didominasi oleh kaum pria, kini prevalensi antara pria dan wanita sebanding.Tren terbaru menunjukkan bahwa prevalensi menurun pada pria yang lebih muda dan meningkat pada wanita yang lebih tua.Hal ini kemungkinan berhubungan dengan penurunan kebiasaan merokok pada pria muda, dan peningkatan penggunaan AINS pada wanita yang lebih tua.Ulkus peptikum dengan komplikasi pendarahan dan perforasi telah meningkat dan meningkatkan resiko kematian.
Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan 60 tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah diobservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir sama dengan pria. Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita hampir sama dengan pria. Ulkus peptikum pada korpus lambung dapat terjadi tanpa sekresi asam berlebihan.
Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak disetiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esophagus, lambung, duodenum, dan setelah gastrointerostomi, juga jejunum.Walaupun factor penyebab yang penting adalah aktivitas pencernaan peptic oleh getah lambung, namun terdapat bukti yang menunjukkan bahwa banyak faktor yang berperan dalam pathogenesis ulkus peptikum.Misalnya, bakteri H. pylori dijumpai pada sekitar 90% penderita ulkus duodenum.Penyebab ulkus yang lainnya adalah sekresi bikarbonat mukosa, cirri genetic, dan stress.Banyak terdapat antara kemiripan dan perbedaan antara ulkus peptikum dan duodenum, sehingga beberapa aspek dalam hal ini dipertimbangkan bersamaan untuk memudahkan, dan masalah-masalah khusus yang berkaitan.

1.2. Rumusan Masalah
a. Apakah Definisi Ulkus Peptikum?
b. Apa Etiologi dari Ulkus Peptikum?
c. Apa saja tanda dan gejala ulkus peptikum?
d. Bagiamana patofisiologi ulkus peptikum ?
e. Bagaimana penatalaksanaan ulkus peptikum ?
f. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan ulkus peptikum?
g. Apa pemeriksaan penunjang untuk penderita ulkus peptikum?

1.3. Tujuan 
1. Tujuan Umum
Secara umum, makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas sistem pencernaan.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Pengertian dari  kelainanUlkus peptikum. 
2. Mengetahui etiologi dari Ulkus peptikum. 
3. Mengetahui tanda dan gejala dari Ulkus peptikum. 
4. Mengetahui patofisiologi dari kelainan Ulkus peptikum. 
5. Mengetahui  penatalaksanaan terhadap pasien kelainan Ulkus peptikum. 
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien Ulkus peptikum.
7. Mengetahui pathway dari Ulkus peptikum
8. Memahami berbagai macam pemeriksaan penunjang pada penderita kelainan Ulkus peptikum.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Ulkus peptikum adalah ekskavasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding mucosal lambung, pilorus, duodenum, atau esophagus.Ulkus peptikum sering disebut sebagai ulkus lambung, duodenal, esofageal, tergantung pada lokasinya.Ulkus ini disebabkan oleh erosi area terbatas dari membran mukosa.Erosi ini dapat meluas sedalam lapisan otot atau seluruh otot di peritonium.Ulkus peptikum lebih mungkin terjadi pada duodenum daripada lambung.Biasanya, ini terjadi secara tuggal, tetapi dapat terjadi dalam bentuk multipel.Ulkus peptikum kronis cenderung terjadi pada kurvatura minor dari lambung, dekat pilorus.
Sindrom Zollinger-Ellison sering dianggap sebagai tipe ulserasi peptikum.Ulkus stres, yang secara klinis berbeda dari ulkus peptikum, adalah ulserasi pada mukosa yang dapat terjadi pada area gastroduodenal. Kedua kondisi ini akan mengarah pada ulkus peptikum.

2.2 Etiologi
Etiologi ulkus peptikum kurang dipahami, meskipun bakteri gram negatif Helicobacter Pylori telah sangat diyakini sebagai faktor penyebab. Diketahui bahwa ulkus peptikum terjadi hanya pada area saluran GI yang terpajan pada asam hidroklorida dan pepsin. Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan 60 tahun tetapi relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah diobservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkena tiga kali lebih sering daripada wanita, tetapi terdapat beberapa bukti bahwa insidens pada wanita meningkat. Setelah menopause, insidens ulkus peptikum pada wanita hampir sama dengan pria. Ulkus peptikum pada korpus lambung dapat terjadi tanpa sekresi asam berlebihan.
Diperkirakan bahwa 5% sampai 15% daro populasi di Amerika Serikat mengalami ulkus, tetapi hanya kira-kira setengahnya yang diketahui. Insidens ini telah menurun sebanyak 50% sealam 20 tahun terakhir.Ulkus duodenum terjadi 5 sampai 10 kali lebih sering daripada ulkus lambung.
Predisposisi
Upaya masing dialkukan untuk menghilangkan “kepribadian ulkus.” Beberapa pendapat menyatakan stress atau marah yang tidak diekspresikan, adalah faktor predisposisi. Ulkus tampak terjadi pad orang yang cenderung emosional, tetapi apakah ini adalah faktor pemberat kondisi, masih tidak pasti. Kecenderungan keluarga juga tampak sebagai faktor predisposisi signifikan. Hubungan herediter selanjutnya ditemukan pada individu dengan golongan darah O lebih rentan daripada individu dengan golongan darah A, B, atau AB. Faktor predisposisi lain yang dihubungkan dengan ulkus peptikum mencakup penggunaan kronis obat antiinflamasi non streroid (NSAID), minum alcohol, dan merokok berlebihan. Penelitian baru menunjukan bahwa ulkus lambung dapat dihubungkan dengan infeksi bakteri dengan agens seperti Helicobacter pylori. Adanya bakteri ini meningkat sesuai dengan usia. Ulkus karena jumlah hormon gastrin yang berlebihan, yang diproduksi oleh tumor (gastrinomas─sindrom Zoliinger-Ellison) jarang terjadi.Ulkus stres dapat juga terjadi pada pasien yang terpajan kondisi penuh stres.
2.3 Patofisiologi 
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida) dan pepsin.Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam-pepsin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa.Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup untuk bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
a.  Sekresi Lambung
Sekresi lambung, terjadi pada tiga fase yang serupa :
(1) sefalik
(2) lambung, dan
(3) usus. 
Karena fase ini interaktif dan tidak saling tergantung satu sama lain, gangguan pada salah satu fase dapat menjadi ulserogenik.
Fase sefalik (Psikis), fase pertama ini dimulai dengan ransangan seperti peradangan, bau, atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya, merangsang saraf vagal.Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan mempunyai sedikit efek pada sekresi lambung.Inilah yang menyebabkan makanan saring secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum.Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring tidak mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus.Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari selama lambung kosong, adalah iritan yang signifikan.
Fase lambung, pada fase ini asam lambung akan dilepaskan sebagai akibat dari ransangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor di dinding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.
Fase usus, makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi gastrin), yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
b.  Barier Mukosa Lambung
Barier Mukosa Lambung, pada manusia sekresi lambung adalah campuran mukopolisakarida dan mukoprotein yang disekresi secara kontinyu melalui kelenjar mucosal. Mukus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam.Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh ransangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan dinetralisasi, dan bila lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan, asam hidroklorida, bersamaan dengan pepsin, akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil permukaan mukosa lambung; kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat.Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung.Barier ini adalah pertahanan utama lambung terhadap pancernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi pertahanan mukosa adalah suplai darah, keseimbangan asam-basa, integritas sel mukosal, dan regenerasi epitel.
Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua faktor ini:
(1) hipersekresi asam-pepsin, dan
(2) kelemahan barier mukosa lambung
Apapun yang menurunkan produksi mukus lambung atau merusak mukosa lambung adalah ulserogenik; salisilat dan obat anti-inflamasi nonsteroid lain, alcohol dan obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.

c.  Sindrom Zollinger-Ellison (Gastrinoma)
Sindrom Zollinger-Ellison (Gastrinoma), dicurigai bila pasien datang dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut: hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma (tumor sel islet) dalam pankreas. 90% tumor ditemukan dalam “gastric triangle,” yang mengenai kista dan duktus koledukus, bagian kedua dan ketiga dari duodenum, dan leher serta korpus pankreas.Kira-kira sepertiga dari gastrinoma adalah ganas (malignan).
Diare dan steatore (lemak yang tidak diserap dalam feses) dapat ditemui.Pasien ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hiperplasia dan karenanya dapat menunjukan tanda hiperkalsemia.Keluhan pasien paling utama adalah nyeri epigastrik.

d.  Ulkus Stres
Ulkus stres, adalah adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mucosal akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stres secara fisiologis.Kondisi stres seperti luka bakar, syok, sepsis berat dan trauma organ multipel dapat menimbulkan ulkus stres.Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera menunjukan erosi dangkal pada lambung; setelah 72 jam, erosi lambung multipel terlihat.Bila kondisi stres berlanjut, ulkus meluas.Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya.Pola ini khas pada ulserasi stres.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab aktual dari  ulserasi mukosa. Biasanya ulserasi mukosa didahului dengan syok; ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa lambung.Selain itu, sejumlah besar pepsin dilepaskan.Kombinasi iskemia, asam, dan pepsin menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stres harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esofagus, lambung, atau duodenum dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stres. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.

2.4 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20% sampai 30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului.
a.  Nyeri
Nyeri, biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau sensasi terbakar di epegastrium tengah atau di punggung.Hal ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks lokal yang memulai kontraksi otot halus sekitarnya.
Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makanan menetralisasi asam, atau dengan menggunakan alkali; namun, bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan, nyeri kembali timbul.Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah.Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan lokal pada epigastrium.


b.  Pirosis (Nyeri Uluhati)
Beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam.Eruktasi, atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.
c.  Muntah
Meskipun jarang pada ulkus duodenal takterkomplikasi, muntah dapat menjadi gejala ulkus peptikum.Hal ini dihubungkan dengan obstruksi jalan keluar lambung oleh spasme mukosal pilorus atau oleh obstruksi mekanis, yang dapat dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membrane mukosa yang mengalami inflamasi disekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual: biasanya setelah nyeri berat, yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
d.  Konstipasi dan Pendarahan
Konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai kaibat dari diet dan obat-obatan. Pasien juga dapat datang dengan pendarahan gastrointestinal.Sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukan gejala setelahnya.
2.5 Komplikasi
Ulkus peptikum dapat menimbulkan komplikasi berikut :
1. Hemoragi-gastrointestinal atas : kulit dingin, konfusi, peningkatan frekuensi jantung, sulit bernapas, darah dalam feses
2. Perforasi : nyeri abdomen berat, abdomen kaku dan nyeri tekan, muntah, peningkatan suhu, peningkatan frekuensi jantung.
3. Penetrasi : nyeri abdomen berat, abdomen kaku dan nyeri tekan, muntah, peningkatan suhu, peningkatan frekuensi jantung.
4. Obstruksi pilorik (obstruksi jalan keluar lambung) : mual, muntah, distensi abdomen, dan nyeri abdomen.
(Brunner & Suddart, 2001)
2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan ulkus peptikum terdapat beberapa cara, yakni dengan pengobatan medic dan pembedahan. Pengobatan medic yang biasa dilakukan untuk ulkus peptikum adalah kombinasi dari:
1. Pengurangan keadaan stress yang bias menyebabkan sekresi asam yang secara berlebihan.
2. Pemberian obat-obatan antacid untuk menetralkan sebagian besar asam di dalam sekresi lambung.
3. Pemberian obat simetidin yang menghambat kerja gastrin dalam merangsang sekresi getah lambung.
4. Memberikan diet lunak dan kadang-kadang makanan dalam porsi kecil berkali-kali dalam sehari dari pada tiga kali sehari (walau ini belum terbukti bahwa penyebaran makanan seperti ini benar-benar efektif).
5. Larangan merokok, karena penelitian statistic telah memperlihatkan bahwa perokok beberapa kali lebih cenderung menderita  ulkus peptikum dari pada yang bukan perokok.
6. Menghilangkan factor-faktor yang menyebabkan tukak seperti alcohol, aspirin atau zat lain yang bias mengiritasi mukosa saluran pencernaan.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MRS.
2. Keluhan Utama
Pada pasien ulkus pepikum biasanya mengeluh mual dan kembung, mengatakan sering muntah dan nyeri pada ulu hati.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien seorang perokok berat, apakah pasien pecandu alkohol, apakah sebelumnya pasien pernah menderita ulkus peptikum.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien ulkus peptikum adalah muntah, nyeri, pirosis, konstipasi, pendarahan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita ulkus peptikum atau sakit yang lainnya.
6. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.
7. Aktivitas/istirahat
Gejala dan tanda yang mungkin ditemui kelemahan, kelelahan, takikardia, takipnea.
8. Sirkulasi
Gejala dantanda yang mungkin ditemui adalah takikardi, disritmia, pengisian kapiler lambat/perlahan, warna kulit pucat, sianosis dan berkeringat.
9. Integritas ego 
Gejala dan tanda meliputi stress akut dan kronis, perasaan tidak berdaya, gelisah, pucat, berkeringat, rentang perhatian menyempit, gemetar.
10. Eliminasi
Gejala dan tanda meliputi riwayat perdarahan, perubahan pola defekasi, perubahan karakteristik feses, nyeri tekan abdomen, distensi, bising otot meningkat, karakteristik feses (terdapat darah, berbusa, bau busuk), konstipasi (perubahan diet dan penggunaan antasida).
11. Makanan/cairan : 
Gejala dan tanda meliputi anoreksia, mual, muntah (warna kopi gelap atau merah), nyeri ulu hati, sendawa, intoleransi terhadap makanan, berat badan menurun.
12. Nyeri/keamanan : 
Gejala dan tanda meliputi nyeri yang sangat, seperti rasa terbakar, nyeri hilang setelah makan, nyeri epigastrik kirike mid epigastrik dapat menjalar kepunggung.
3.4 Analisa data
No Analisa data Etiologi Masalah 
1. Ds :
- klien mengeluh nyeri abdomen
Do : 
- KU lemah, 
- TTV (suhu: 380 C, RR: 28X/menit, Nadi 55X/menit, TD: 85/60 mmHg
- Frekuensi  nyeri 7 Adanya iritasi mukosa lambung
Nyeri akut
2. Ds: 
- klien mengatakan sulit BAB
- Nyeri saat defekasi
- Nyeri tekan pada abdomen
Do: 
- Perubahan pada pola defekasi
- Penurunan volume feses
- Feses kering, keras dan padat
Efek samping obat
Hemoroid
Konstipasi 
3. Ds : 
- Pasien mengatakan lemah
-
Do : 
- Lemah Tirah baring
Intoleransi aktifitas
4. Ds : 
- pasien mengatakan sering muntah.
Do : 
- penurunan turgor kulit
- kulit dan membran mukosa kering
- suhu tubuh meningkat Kehilangan volume cairan (muntah) Kekurangan volume cairan


3.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat dijumpai pada klien dengan ulkus peptikum.
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung ditandai dengan pasien mengeluh nyeri.
2. Konstipasi berhubungan dengan efek samping obat ditandai dengan pasien mengeluhnyeri saaat defekasi.
3. Intoleransi  aktifitas berhubungan dengan tirah baring di tandai dengan pasien mengeluh lemah.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan (muntah) ditandai pasien mengatakan sering muntah.
3.4 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 
1. Diagnosa Keperawatan 1:
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan volume cairan (muntah) ditandai dengan klien mengatakan sering muntah.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam, pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kriteria Standart:
- Turgor kulit baik
- kulit dan membran mukosa lembab.
- Rasa haus hilang
- Pengelaran urin normal 1cc/kg BB/ jam.
- Warna kulit tidak pucat.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1

Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan turgor kulit Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek dari kehilangan cairan
2 Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syok
3 Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhan Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairan
4 Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara dekuat. Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh
5 Kolaborasi pemberian cairan intravena Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan yang hilang

2. Diagnosa Keperawatan 2:
Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung ditandai dengan pasien mengeluh nyeri.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit nyeri hilang, berkurang atau terkontrol.
Kriteria Standart:
- Tingkat nyeri menunjukkan angka 4
- TTV normal (Suhu: 35,5-36,5 RR: 16-20 Nadi: 80-100 TD:110/80-120/90)
- Tidak ada nyeri tekan
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1

Kaji tingkat nyeri, lokasi, sifat dan lamanya nyeri Sebagai indikator dalam melakukan intervensi selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana nyeri dipersepsikan.
2 Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien. Posisi yang nyaman akan membuat klien lebih rileks sehingga merelaksasikan otot-otot.
3 Ajarkan tehnik nafas dalam. Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyeri
4 Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi misalnya visualisasi, aktivitas hiburan yang tepat. Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.
5 Kolaborasi obat-obatan analgetik Dengan obat analgetik akan menekan atau mengurangi rasa nyeri

3.5 Health education
Untuk mengatasi penyakit ulkus dengan berhasil, pasien harus memahami situasi faktor-faktor yang akan membantu atau mmperberat kodisi terdiagnosis. Berikut ini adalah area yang harus dipertimbangkan dan mungkin diubah, bersamaan dengan pertanyaan evaluatif yang berhubungan:
1. Obat-obatan
Apakah pasien mengetahui jenis obat-obatan yang digunakan dirumah, termasuk nama, dosis, frekuensi dan kemungkinan efek samping, apakah pasien mengetahui pentingnya melanjutkan obat-obatan meskipun setalah tanda dan gejala berkurang, apakah pasien mengerti tenang jenis obat yang harus dihindari.
2. Diet  
Apakah pasien mengetahui makaan mana yang cenderung menyebabkan gejala, apakah pasien mengetahui bahwa kopi, teh, cola dan alkohol mempunyai potensial menghasilkan asam?Apakah pasien memahami kebutuhan untuk menghindari makan terlalu banyak serta pentingnya makan teratur dalam suasana rileks.
3. Merokok 
Apakah pasien mengetahui bahwa merokok meningkatkan iritasi pada ulkus dan dapat mempengaruhi penyembuhan ulkus, apakah perawat membuat pasien sadar akan adanya program untuk mebantu penghentian rokok.
4. Istirahat dan penurunan stres
Apakah pasien sadar tentang sumber stres dalam keluarga dan lingkungan kerja, apakah penyakit ini dan situasi lain menimbulkan gejala stres atau koping buruk dalam keluarga atau lingkungan kerja, dapatkah pasien berisirahat siang hari, dapatkah pasien merencanakan untuk menambahkan  periode istirahat atau rileks setelah periode stres yang tidak dapat dihindari, apakah pasien memerlukan konseling psikologi.
5. Kewaspadaan terhadap komplikasi
Apakah pasien sadar terhadap tanda dan gejala komplikasi yang harus dilaporkan.
a. Hemoragi: kulit dingin, konfusi, peningkatan frekuensi jantung, sulit napas, darah dalam feses.
b. Penetrasi dan perforasi: nyeri abdomen berat, abdomen kaku dan nyeri tekan, muntah, peningkatan suhu, peningkatan frekuensi jantung.
c. Obstruksi pilorik: mual, muntah, distensi abdomen,nyeri abdomen.
6. Perawatan pasca operasi
Apakah pasien memahami bahwa pengawasan lanjutan diperlukan selama kurang lebih 1 tahun dan bahwa ulkus dapat kambuh, apakah pasien mengetahui cara mencari bantuan medis bila gejala berulang, pasien dan keluarga diinformasikan bahwa pembedahan tidak menjamin kesembuhan ulkus. Kemungkinan gejala sisa pascaoperaif, seperti intoleransi terhadap produk susu dan makanan manis, juga didiskusikan.
3.6 Evaluasi
1. Bebas dari nyeri diantara makan
2. Sedikit mengalami ansietas dengan menghindari stres.
3. Mematuhi program terapeutik
a. Menghindari makanan dan minuman yang mengiritasi
b. Makan dengan jadwal teratur
c. Minum obat yang diresepkan sesuai jadwal
d. Menggunakan mekanisme koping untuk mengatasi stres
4. Tidak mengalami stress


3.7 Pemeriksaan Penunjang 
Nyeri lambung yang khas merupakan petunjuk adanya ulkus. Diperlukan beberapa pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis karena akan kelambung juga bisa menyebabkan gejala yang sama.
1. Endoskopi
Suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan melalui mulut dan bias melihat langsung kedalam lambung. Pada pemeriksaan endoskopi, bias diambil contoh jaringan untuk keperluan biopsi. Keuntungan dari endoskopi: 
a. Lebih dapat dipercaya untuk menemukan adanya ulkus dalam duodenum dan dinding belakang lambung dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen
b. Lebih bisa diandalkan pada penderita yang telah menjalani pembedahan lambung
c. Bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan karena ulkus.
2. Rontgen 
Dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga disebut barium swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus tidak dapat ditemukan dengan endoskopi.
3. Analisa lambung
Merupakan suatu prosedur dimana cairan lambung dihisap secara langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam bias diukur.
Prosedur ini dilakukan hanya jika ulkusnya berat atau berulang atau sebelum dilakukannya pembedahan.
4. Pemeriksaan darah tidak dapat menentukan adanya ulkus, tetapi hitung jenis darah bias menentukan adanya anemia akibat perdarahan ulkus. Pemeriksaan darah lainnya bias menemukan adanya Helicobacter pylori.


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ulkus pepikum adalah putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai dibawah epitel.Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai kebawah epitel disebut erosi, walaupun sering disebut juga sebagai ulkus.Ulkus kronik berbeda dengan ulkus kronik karena memiliki jaringan parut pada dasar ulkus.
Banyak pasien ulkus peptikum ditemukan menderita infeksi kronis pada bagian ujung mukosa lambung dan bagian wala mukosa duodenum akibat infeksi yang paling sering disebabkan oleh bakteri Hlicobacterpylori.


DAFTAR PUSTAKA
Referensi :

Ganong F William. 1999. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC.
Guyton A, Hall John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan (penterjemah). Jakarta. EGC.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Volume 1. Jakarta : EGC

Website :
https://www.dropbox.com/s/139d3j2077jwlfe/Pathways%20Ulkus%20Peptikum.docx
Diakses pada tanggal 01 April 2015, Pukul 14.00 WIB

Komentar

Postingan Populer